Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Estetika Tuhan

"Ayo kanca, pada anyengkuyung program kang tinata nuju karta raharja..kanthi bareng maju HOLOBIS KUNTUL BARIS!!" Sebuah kutipan syair yang pernah saya persembahkan untuk ibu pertiwi melalui radio RRI beberapa tahun yang lalu. Hampir dua tahun ini, saya luput mengikuti perkembangan laras pelog seni budaya Indonesia. Saya tidak terlalu fanatik untuk mengikuti perkembangan seni, tetapi ketika sebuah kebiasaan sudah mulai luntur seolah-olah saya seperti kehilangan sesuatu di diri saya. Tapi saya sadar, walaupun mata haruslah luas memandang dunia maka saat ini mata saya harus lurus memandang ke depan. Saya harus konsisten dengan cabang ilmu yang sudah saya ambil. Saya harus bisa menyelesaikannya agar dapat mulai dikembangkan dan diimplementasikan ilmunya. Tetapi cabang ilmu seni tidak boleh saya tinggalkan. Saya berusaha untuk memandang seni dari sudut pandang yang berbeda. Estetika merupakan mata seni yang telah Tuhan berikan untuk manusia. Saya memandang Tuhan sebagai pusat s

Sebuah kelahiran (part 2)

"Wahai anakku! laksanakanlah sholat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting" (QS Luqman; 17) Saya pernah bertanya kepada ibu, surat apa yang paling beliau sukai. Saya sangat ingat, beliau selalu mengingatkan saya dengan gaya persis seperti Lukman mengingatkan kebaikan kepada anaknya. "Ibu suka dengan surat Luqman ayat 17 nduk.. ". Pertanyaan tentang seberapa sejati beliau menjadi ibu, mungkin itu adalah pertanyaan mutlak sepanjang massa. Saya sangat ingat ketika beliau mengajarkan sholat kepada saya. Rumah kami yang bertegel tanah memaksa kami untuk selalu sholat diatas ranjang tempat tidur. Tapi saya senang, karena sekitar umur 4 tahun saya memiliki mukena baru untuk dikenakan sholat berjamaah dengan ibu. Saya selalu mengajak bicara ibu saat sholat dan tertawa mengajak senda gurau ketika sedang khusyuknya beli

Sebuah Kelahiran (part 1)

"Kembalilah pulang jika semangatmu telah hilang.." Memandang wajah ibu dan bapak di rumah merupakan salah satu bentuk rasa syukur yang paling sederhana. Saya selalu melankolis jika berbicara dengan ibu saya, walaupun kami adalah wanita keras kepala di rumah, tetapi saya tetap kalah suara dengan ibu saya (suara beliau memang sangat lantang untuk seukuran wanita paruh baya). Saya memang jarang menghidupkan gadget saya di rumah. Pun, saya tidak membawa tugas-tugas kuliah untuk dibawa pulang. Saya lebih senang berbincang dengan orang tua saya dan kadang mereka sering melimpahkan kekesalan mereka kepada saya. Saya maklum, karena sudah sekitar tujuh tahun saya jauh dari mereka (menengok mereka di rumah hanya saya usahakan seminggu sekali).  Selama saya sekolah, ibu selalu tidur di kamar saya. Pun ketika saya pulang, beliau memilih tidur dengan saya daripada dengan bapak. Ibu selalu menyempatkan waktu untuk berjalan-jalan berdua dengan saya ketika saya pulang ke rumah. Hampir

Untukmu yang Telah MATI

Tuhan dalam firmanNya tertuang dalam Al-Qur'an dan kitab-kitab sebelumnya, telah memberikan simbolik cerita roman melalui Adam dan Hawa. Sebuah pentagram merupakan simbolis dari keseimbangan antara piala dan pedang. Filosofi yang menggambarkan hakikat seorang laki-laki yang memiliki sifat donatur dan wanita yang cenderung sebagai resipien. Sama halnya dengan rose yang dikenal sebagai bunga mawar. Merupakan anagram dari eros yang berarti dewa cinta dalam mitologi Yunani yang berpasangan dengan dewi isis. Pola pikir yang tidak bisa terlepas satu sama lain. Mitologi China yang dikenal sebagai yin dan yang. Dalam permainan bahasa Indonesia, bahkan "aku" merupakan anagram dari "kau" dalam proses menuju "kua". Pada proses metabolisme obat dalam tubuh, obat hanya bisa berikatan dengan reseptornya sehingga obat dapat bekerja efektif di dalam tubuh. Cerita roman antara obat dan reseptor? Saya kira, reseptor akan bersaing dengan protein pengikat untuk mengikat

Man Like as Effervescent

"Ketika datang seorang lelaki menawarkan hatinya sebagai obat, maka wanita tersebut harus aware bahwa obat merupakan kamuflase dari racun. Ketika obat memenuhi jendela terapi, maka obat tersebut tidak menimbulkan luka dan bersifat menyembuhkan serta kenaikan kualitas hidup sedangkan jika obat telah melewati batas toksik minimal, maka resiko akan terjadi timbulnya efek samping luka yang tidak akan bisa sembuh kecuali dengan rehabilitasi khusus atau kemungkinan untuk mengkonsumsi obat lain dengan faktor resiko luka yang sama". Bayangan rasa sakit ketika menjalin hubungan khusus dengan seorang lelaki masih terpampang nyata. Perceraian, perpisahan, pengkhianatan, perselingkuhan, ketidakpastian yang melatarbelakangi cermin kehidupan saya. Membuat saya enggan untuk mengenal lelaki untuk kesekian kali. Bagaimanapun perpisahan itu nyata dan angka ketidakpastian masih menjadi bahan diskusi hangat di kelas fisika. Betapa seorang wanita menggunakan hormon oksitosinnya secara maksimal h