Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

I saw your eyes deeply and I found your soul

"Kita pernah bertemu, lalu saling meninggalkan dan memutuskan untuk kembali" Hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya adalah menjadi salah satu perempuan yang berharga di hidupmu. Aku membayangkan kita berjalan bersama di Ranu Kumbolo. Angin gunung yang menusuk tulang rusuk dan jejak-jejak kaki pendaki yang mempertegas bahwa kita tidak pernah sendirian di bumi ini. Aku tidak pernah sebahagia ini hingga aku percaya bahwa kesedihan tidak pernah diciptakan untuk kita berdua.  "Makanya diet, biar ga gendut!" Bagaimana program dietku bisa lancar, jika kamu tak pernah memberiku sebab untuk kurus. Akalku terlalu sehat, makanpun aku senang (baca: jika ada kamu). Percaya atau tidak, kita telah melewati masa effervescent untuk sampai pada tahap awal ini dan aku sedikit tidak percaya bahwa segala rasa yang ada tetaplah sama bahkan meningkat bagiku (walaupun itu sangat biasa) tapi kita punya intuisi yang kuat. Mmmmmm, aku pikir semua pasang kekasih juga punya intuisi yan

Jangan Zadit, berat. Biar Dilan aja

Aku jadi bingung soal timeline media sosial yang penuh dengan 2 topik itu. Mauku nonton Dilan di bioskop, kok sepertinya terlalu hedonisme dan dianggap tak bisa mencium keringat rakyat. Mauku ikut ke Asmat tapi target kuliah kok semakin menyeramkan daripada ditinggal mantan nikah. Demam Dilanku semenjak setahun yang lalu tak kunjung reda dan semakin menjadi-jadi setelah penayangan filmnya di bioskop. Buku Dilan kesayanganku yang sudah setahun teronggok seperti mayat disudut rak buku terpaksa kuikhlaskan masuk kedalam daftar antrian pinjaman. “Ikhlas dipinjemin jangan? Pemberian mantan soalnya, bonus puisi mantan juga. Sayang...” Bisa dibayangkan sendiri gimana perasaanmu nonton Dilan sambil mikirin mantan yang ngasih buku Dilan. Sedangkan ditengah-tengah hebohnya netijen atas meme-meme sepikan Dilan, timbullah isu kartu kuning yang sebetulnya dengarku juga dari teman-temanku saat diskusi ditengah-tengah perkuliahan. Dan beberapa hari kemudian, aku baru tahu kalo suara maha

Perjodohan ke-8

"Aku seperti kerbau dungu yang tergiring ke tempat penyembelihan, sedangkan burung-burung terbang bebas di atas tubuh bodohku ini. Inginku menjadi burung, tapi nyatanya aku malu pada kodratku sebagai kerbau yang seharusnya bangga memiliki sifat seperti kerbau. Hidupku selalu bertanya-tanya tentang perilaku penjagal "apakah mereka akan menjagalku dengan membawa peri kekerbauan atau mereka tidak punya peri kekerbauan sama sekali?" begitulah hari-hariku selalu dirundung pertanyaan yang senantiasa menemani hidupku hingga tiba hari penjagalan dan seluruh identitasku turut berakhir dengan hari itu. Inginku bereinkarnasi menjadi burung yang memeluk kebebasanku sendiri..." Apa hebatnya aku menolak segala perjodohan sebelum-sebelum ini?? kadang aku terlalu percaya diri (mengalahkan percaya dirinya Dilan mendapatkan Milea) dan sok IYE bertahan menjadi seorang jomblo dan sok laku padahal nggak. Tapi setelah usahaku menolak berbagai perjodohan dan pada kenyataannya aku bisa

DILAN

"Kenalin, Dilan.." "Dilan temennya Piyan bukan?" "Bukan, aku nggak punya temen..kamu mau nggak jadi temenku?" "Dia mungkin bukan lelaki baik, tapi dia nggak jahat (insyAlloh) hahaha" Abaikan saja percakapan diatas mungkin nggak akan sama dengan Dilannya Pidi Baiq, soalnya dia udah ngaku bukan temennya Piyan..jadi aman. Setelah meledaknya Dilan di layar bioskop, buku Dilanku yang sekian lama teronggok seperti mayat akhirnya keluar dari rak persembunyiannya dan terpaksa kuikhlaskan untuk mengantri dalam daftar pinjaman. Aku pribadi sebenarnya belum sempat menikmati film yang disutradai langsung dengan penulisnya. Sekian lama, yang kudambakan bukan Dilan tapi Iqbal #heleh malah salah fokus.  Seminggu yang lalu ada yang bilang bahwa Dilan yang sekarang memutuskan untuk menduda (baca: "keputusannya" untuk menduda) dan jualan cireng di Dago. Aku tak habis pikir, dia lebih Dilan daripada Dilan. Aku curiga, jangan-jangan dia ma