Langsung ke konten utama

I saw your eyes deeply and I found your soul

"Kita pernah bertemu, lalu saling meninggalkan dan memutuskan untuk kembali"
Hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya adalah menjadi salah satu perempuan yang berharga di hidupmu. Aku membayangkan kita berjalan bersama di Ranu Kumbolo. Angin gunung yang menusuk tulang rusuk dan jejak-jejak kaki pendaki yang mempertegas bahwa kita tidak pernah sendirian di bumi ini. Aku tidak pernah sebahagia ini hingga aku percaya bahwa kesedihan tidak pernah diciptakan untuk kita berdua. 
"Makanya diet, biar ga gendut!" Bagaimana program dietku bisa lancar, jika kamu tak pernah memberiku sebab untuk kurus. Akalku terlalu sehat, makanpun aku senang (baca: jika ada kamu). Percaya atau tidak, kita telah melewati masa effervescent untuk sampai pada tahap awal ini dan aku sedikit tidak percaya bahwa segala rasa yang ada tetaplah sama bahkan meningkat bagiku (walaupun itu sangat biasa) tapi kita punya intuisi yang kuat. Mmmmmm, aku pikir semua pasang kekasih juga punya intuisi yang kuat (mungkin ini juga biasa). 
I saw your eyes deeply and I found your soul. Aku tidak percaya bahwa kamu akan mengulang kejadian 8 tahun yang lalu dengan baik (sebegitunya). Sehingga aku tidak pernah butuh kata-katamu betapapun perasaanmu padaku saat ini cinta atau tidak, suka atau biasa, kasihan atau pasrah. Aku tidak bisa menebak. Membuat hal gila demi menyenangkan kekasihnya adalah sesuatu yang tidak logis. Dan logisnya, kamu melakukan itu untukku. Kita seperti 2 anak TK yang berjanji di ayunan sekolah saat istirahat. Kamu membawa roti dan membaginya untukku juga, lalu kita saling bergandengan tangan tanpa kesedihan dan kita tertawa melebihi orang yang paling bahagia di bumi ini. Terima kasih telah mau memimpin dirimu sendiri untuk tidak pernah move on dariku. Kamu telah berhasil dari dulu, tapi Tuhan selalu memberikan kita pelajaran hidup untuk mempertemukan sepasang sepatu yang hilang. Aku tidak pernah bisa menebak akan seperti apa kita nanti dan seberapa panjang jalan yang kita tempuh bersama. Percayalah ini tidak akan mudah, tetaplah menjadi anak TK yang mengajakku bermain ayun-ayun saat jam istirahat. Lalu dewasalah dengan semestinya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat malam hujan.. :) Saya kira malam ini saya akan mengijinkan pikiran dan tangan saya bersinkronisasi untuk sejenak terjebak dalam nostalgia cerita SMA. Sebuah kisah tentang pandangan mata seorang perempuan yang entah kapan akan terbalaskan. Indahnya sebuah penantian cinta yang bertepuk sebelah tangan. Atau sebuah curian pandang yang tersimpan rapat yang bahkan malaikat luput mencatatnya. Sebuah perasaan yang diciptakan dari sebuah prasangka. Bagai seorang perempuan hamba sahaya yang senantiasa menjaga bunga yang ia inginkan untuk mekar. Hamba sahaya menginginkan bunga itu mekar, bukan atas ketidaksengajaan bunga itu mekar. Kehendak untuk memupuk dan menyiraminya, doa yang ia panjatkan untuknya pada Tuhan. Oh, kisah yang malang. Waktu selalu menyetarakan dirinya dengan tuhan. Atau, apakah waktu (mungkin) adalah  Tuhan dalam bentuk nyata? Tuhan tidak pernah memberikan bocoran takdir pada hambaNya. Dia menyimpannya erat, hingga manusia tak mampu menebaknya. Tuhan selalu bercanda pa

Bau Hujan Selalu Membawa Syahdu

selamat datang kembali hujan :) Aura hujan memang membuat orang selalu dalam keadaan syahdu. Rintik airnya adalah nikmat Tuhan tiada banding. Turunnya hujan seolah merupakan penghibur Tuhan sebagai pereda keresahan. Tentang saya, kamu, dia atau mereka orang-orang terdekat kita yang menjelma dalam kenangan. Saya tidak tahu rasanya mejadi orang tua yang sedang bekerja diluar dalam keadaan hujan, bahkan keringat (tanda kerja keras) mereka pun terkamuflase oleh hujan. Seorang kekasih yang menangis karena kecewa, mungkin sedang menangis diluar sana dengan uraian air mata yang terkamuflase oleh air hujan juga. Teman-teman saya mungkin sedang semangat belajar dibawah suara hujan yang syahdu. Memang benar, hujan selalu saja syahdu. Jika bercerita tentang hujan, saya selalu teringat kejadian 17 tahun silam ketika ibu membawa saya berpisah dengan bapak dalam keadaan hujan, saya merangkul erat pinggang ibu saat kami sedang melakukan perjalanan senja melalui lereng gunung lawu. Ibu selalu menyu