Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015
Selamat malam hujan.. :) Saya kira malam ini saya akan mengijinkan pikiran dan tangan saya bersinkronisasi untuk sejenak terjebak dalam nostalgia cerita SMA. Sebuah kisah tentang pandangan mata seorang perempuan yang entah kapan akan terbalaskan. Indahnya sebuah penantian cinta yang bertepuk sebelah tangan. Atau sebuah curian pandang yang tersimpan rapat yang bahkan malaikat luput mencatatnya. Sebuah perasaan yang diciptakan dari sebuah prasangka. Bagai seorang perempuan hamba sahaya yang senantiasa menjaga bunga yang ia inginkan untuk mekar. Hamba sahaya menginginkan bunga itu mekar, bukan atas ketidaksengajaan bunga itu mekar. Kehendak untuk memupuk dan menyiraminya, doa yang ia panjatkan untuknya pada Tuhan. Oh, kisah yang malang. Waktu selalu menyetarakan dirinya dengan tuhan. Atau, apakah waktu (mungkin) adalah  Tuhan dalam bentuk nyata? Tuhan tidak pernah memberikan bocoran takdir pada hambaNya. Dia menyimpannya erat, hingga manusia tak mampu menebaknya. Tuhan selalu bercanda pa

Sebuah Pengantar (Wanita di Persimpangan Era Post Modern)

Jantung saya pagi ini berdetak lebih kencang daripada pagi-pagi saya sebelumnya. Novel Nawal El-Saadawi menari-nari dengan asyiknya dalam tidur saya semalam, kebencian tokoh-tokoh imajinatifnya terhadap lelaki mewarnai dunia fantasi saya akhir-akhir ini. Saya tidak menaruh dendam terhadap para lelaki, tetapi saya sudah memutuskan untuk mengubur hati saya dengan rapi. Saya harus memutuskan, apakah nanti saya akan menikah dengan cinta, atau tanpa cinta. Saya semakin terdesak dengan kehidupan-kehidupan abnormal pasca pasutri menikah. Karena ibu saya seorang bidan, maka saya sering menguping tentang permasalahan-permasalahan perempuan yang dihadapi oleh pasien ibu. Beberapa waktu lalu, suami pasien ibu yang mengidap AIDS telah meninggalkan dunia ini. Ia meninggalkan penyakit tersebut sebagai hadiah pernikahan untuk istrinya, dan saya kira mungkin ia sangat bersyukur karena segera dipanggil Tuhan. Karena panggilan Tuhan itu, ia juga mewariskan cemoohan tetangga kepada istrinya. Beberapa pe

SURAT DARI SAYA

“Saya tidak pernah menyesal dengan keputusan-keputusan yang sudah saya ambil, walaupun beberapa hasil keputusan yang sudah saya perjuangkan tidak berpihak kepada saya” Ini bukan masalah sulit atau mudah, tetapi tentang sebuah tantangan. Ibarat seorang penjudi ulung yang berani bertaruh sebanyak-banyaknya uang yang ia punya. Ini bukan sebuah probabilitas, tetapi tentang trik dan strategi. Ingat, penjudi ulung! Bukan penjudi abal-abal yang hanya dibutakan oleh ambisi menang dan harta. Penjudi ulung mempertahankan kehormatannya diatas meja judi, ia lebih tertarik tentang proses dan kemenangan cerdiknya.   Lantas apakah ia selalu menang? Tidak. Ada saatnya ketika ia luput dan kalah. Tapi apa yang ia lakukan? Ia hanya tertawa, tentu saja mentertawakan seberapa kadaluarsanya trik yang ia gunakan. Tujuh tahun lamanya, saya harus membentuk karakter NININ. Mengubahnya agar tidak selalu tertindas dan diam memendam konflik batin. Agar tidak selalu menunduk dan hanya berbicara seadanya “ya”