Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

INTUISI

"So let us melt and make no noise" (John Donne) Pada akhirnya, waktu akan merasa tidak terima ketika melihat adeganku dan kamu terlihat semakin rumit dan ruwet. Pada akhirnya, waktu yang menyela adegan kita seolah-olah dia menyutradarai sepenuhnya tentang bagaimana kita harus berbuat. Aku senang jika akhirnya kita tak terlalu mau untuk membuat adegan perdebatan yang menjijikkan. Sejauh ini, aku merasa hidup dengan bisikan dan dukungan semesta. Semesta selalu membisikkan namamu seolah-olah daun dan embun menyatu untuk selalu menyebut nama semesta. Telinga dan perilakuku terlalu dibisingkan olah namamu yang tak pernah bisa hilang. Aku hidup dengan mengelak selama hampir 7 tahun ini. Bisakah kamu membayangkan bagaimana kinerja "let it flow" dan membayangkan efek yang terjadi ketika aku berhasil melakukannya?? Aku tak pernah paham bagaimana intuisi kita saling bekerja. Seorang dokter sekaligus dosen anatomiku pernah berkata bahwa gelombang elektromagnetik otak seseor

Holding on and letting go

"Holding on and letting go.." Sudah pasti bukan aku saja yang penasaran akan kejadian 1 detik kemudian, bahkan akupun tak yakin pada setiap abjad yang terangkai menjadi kata kemudian menjadi sebuah kalimat yang bisa jadi bermakna atau tidak sama sekali bagimu. Kamu tau, bagaimana air mengalir tanpa memperhatikan tempo dan cenderung masa bodoh. Dia menjadi dirinya seperti dirinya sendiri. Aku mendengar suara hujan diluar begitu menenangkan, tapi dibalik ketenangan yang kurasakan adalah kerisauan dan kekacauan yang luar biasa di bumi bagian lain. Selain kuanalogikan sebagai makna konotasinya, akupun juga memberi makna denotasi sebagai wujud keberdukaanku pada manusia-manusia yang sedang terkena bencana disana. Alam sedang berproses, ia sedang dalam titik emosi. Aku sering berpikir, kadang air bisa sebaik atau sekejam waktu.  Beberapa jam kedepan, Desember akan menyambut hari-harimu. Pasti bagimu biasa saja, tapi tidak bagiku. Menyambut Desember seperti berdiri dalam se

Diary Yogini Picisan (Sekilas Tentang Yoga)

"Sudah pasti kamu akan terlihat keren jika kamu mewujudkan impianmu setelah mengatasi berbagai cobaan dan ditentang keluargamu. Biasanya, kita tidak bisa melangkahi orang yang kita cintai demi mengikuti kita. Jadi pada akhirnya, kita berakhir melepaskan impian kita sendiri. Tapi itu tiak apa-apa. Meskipun kehilangan kepercayaan diri saat mendengar cerita kesuksesan yang dramatis yang tidak seberapa, kita tidak perlu tenggelam dalam frustasi dan rendah diri berkelanjutan. Bagi kita, sebagaimana pentingnya impian, orang-orang lain di sekitar kita juga sangat penting. Keputusan yang membuatku mengubah diriku demi orang yang kucinta adalah hal yang cukup pantas dan kharismatik untuk dilakukan" (Reply 1994) (Mungkin) aku termasuk golongan Pluviophile dimana bau tanah yang terguyur hujan membuatku mendapatkan banyak inspirasi dan meningkatkan mood ku menjadi super baik. Beberapa jam yang lalu hujan, pada saat yang sama dengan posisiku sedang melakukan open heart ketika yoga be

Cerita Tentang Buku dan Perpustakaan

Setiap orang memiliki perpustakaan besar pada dirinya. Perpustakaan yang memiliki buku-buku karakter yang berbeda dari sampul hingga penutupnya. Begitupun aku sama. Aku berjalan terus menerus menuju perpustakaanku sendiri. Kadang menemukan jalan buntu, kadang menemukan jalan baru yang tak tau ujungnya. Begitulah ketika aku sedang bergulat dengan diriku sendiri. Aku menemukan jalan buntu pada masalahku sendiri, sedangkan jalan baru mulai terbuka hingga aku harus menemukan suatu clue untuk memecahkan masalahku sendiri. Sampai sekarang akupun tak pernah tau seberapa luas perpustakaanku ini. Aku berpikir, apakah ini memiliki luas sebesar alam semesta yang tak terhingga atau berbentuk seperti enzim yang memiliki bentuk yang fleksibel terhadap reseptornya.  Bercerita tentang luasnya perpustakaan tentunya tak boleh meninggalkan bagian inti dari tempat tersebut. Sedari kecil kita sama-sama tau bahwa perpustakaan adalah tempat untuk menyimpan dan mengoleksi buku-buku. Nah, inilah bagian in

Dear Tukang Parkir Liar

Dear tukang parkir liar... Dengan tidak mengurangi rasa hormat, aku sangat meminta maaf sekali jika akhir-akhir ini kenyataannya aku tidak begitu menyukai pekerjaanmu . Tidak, bukan pekerjaanmu , tapi sikapmu ketika sedang bekerja . Memang, aku belum bisa merasakan bagaimana menjadi kedua orang tuaku yang bekerja sangat keras, bahkan lebih keras darimu, karena pun aku hanya seorang mahasiswi yang masih meminta uang pada orang tuaku. Uangku harus kusisihkan Rp 1500 setiap kali membeli makan atau berhenti di sekitar kampus demi untuk menghidupi keluargamu. Rp 1500 itu bukan uang sukarela, karena seringnya kamu meminta paksa karena Rp 1000 itu kurang bagimu. Jika kuhitung estimasinya dalam sebulan, aku telah menghidupimu Rp 180.000 dalam sebulan jika sehari rata-rata aku memarkir motorku 4x. Aku tidak akan berpikir keras jika itu adalah uang hasil kerjaku sendiri. Tidak ada yang salah dengan pekerjaanmu itu, sungguh. Hanya saja, aku sangat tidak suka dengan sifat pungli yang membabi bu

Jalan Sesama

"Aku tidak pernah paham, apakah terdapat garis zaman yang membedakan antara sahabat gaya modern atau gaya tradisional.." Terkadang aku berpikir bahwa kembali ke masa silam akan membuat jiwaku semakin melankolis dan mengurangi keinginan untuk selalu maju kedepan, tetapi yang aku dapatkan adalah sebaliknya. Semua orang memiliki orang-orang yang berharga dalam hidupnya dan kenangan-kenangan yang membangun impiannya. Ini tentang sahabat-sahabatku. Sebenarnya aku bingung harus memulai cerita tentang pengaruh besar mereka terhadap proses menuju puncak impianku. Tapi aku akan mencoba membawa kalian untuk mengerti bagaimana perasaanku saat ini tentang mereka. Aku bingung, mengapa mereka bisa aku klasifikasikan sebagai sahabat. Padahal banyak juga teman dan orang-orang yang ada disekitarku yang mau tertawa, sedih dan mendengarkan semua keluh kesahku. Tolong, simpan saja bayanganmu yang menilai tentang gaya hidup kami yang gaul. Karena aku kira ini sangat menyenangkan dan deskripsik

Selingan Malam Revisi yang Menegangkan

Selamat malam... Akhirnya aku bisa memenuhi janjiku sendiri untuk menyelesaikan tanggung jawab sebagai mahasiswa farmasi. Semua hal yang berkenaan dengan jatuh, bangun, sekarat, kecewa, putus asa, bahagia akhirnya telah siap sedia untuk dipak menjadi hadiah cerita untuk anak-anakku. Aku pikir selama ini, semua hal yang aku lalui sangat menegangkan. Bisa dibayangkan, bertahan dan mencoba berdamai dengan sesuatu yang sangat dibenci. Aku sangat benci dengan kimia, tapi pada kenyatannya yang aku benci malah memberiku gelar kehormatan. Aku memulainya dengan menanam keyakinan bahwa nilai 0,5 pada pelajaran kimiaku dapat memberiku manfaat suatu hari nanti. Inilah kemerdekaanku bulan ini karena dapat berdamai dengan musuhku setelah 6 tahun yang mencoba berdamai hingga tibalah waktu sidangku untuk mendeklarasikan perdamaian kami. Mungkin jika blog dan tulisan ini masih bertahan hingga anakku bisa belajar tentang hidup, maka jadilah tulisan ini sebagai dokumentasi tentang cara ibunya m

Remukan Peyek

Selamat bulan Juli..Taqobbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin ya :) Semoga saja ini adalah tulisanku terakhir sebagai mahasiswa strata 1 jurusan farmasi yang akhirnya segera meraih gelar sarjana farmasi dalam jangka waktu sebulan ini. Harapanku terlalu tergesa-gesa hingga kutuliskan dibagian awal paragraf, tapi tidaklah munafik jika harapan itu telah muncul sudah dari 6 tahun yang lalu saat aku mulai menempuh pendidikan sebagai mahasiswa baru. Terlalu singkat 6 tahun ini jika kuniati sebagai "jalan tempuhan untuk menuntut ilmu" sebagai tujuan mulia hidup di dunia sebagai makhluk Tuhan dan terlalu lama jika kenyataanya aku hanya memperoleh "lisensi dan sertifikasi pengalaman" saja untuk mendapat pekerjaan layak kemudian saling bersaing berebut pangkat dan martabat (harga diri) dengan manusia lainnya. Kata caknun dalam bukunya "sanggupkah anda mengalahkan obsesi kehidupan anda sendiri untuk merintis peperangan yang sedikit punya harga diri?&qu

Apa yang saya pikirkan tentang orang yang mengeblok akun media sosial? (It's just simple opinion)

Baiklah, akhirnya hari ini ada kesempatan untuk mengunggah tulisan. Sebenarnya bukan mengunggah tulisan-tulisan saya di buku pribadi, karena tulisan-tulisan saya di buku sangat amat lebih dari sekedar rahasia yang sebaiknya tidak dikonsumsi publik (aseeekkk!) Saya agak kaget setelah saya online lewat PC ternyata salah satu lapak bacaan saya dan pacar (dulu, sekarang BACA: mantan) telah tutup akun. Sangat disayangkan karena konten-konten tulisannya sangat menarik dan berbeda dengan konten yang lain. Jadinya, terbitlah saya menjadi pecandu media sosial karena belum ada konten bacaan onlen yang menarik hati saya. Seperti biasa, saya akan menumpahkan kegelisahan saya karena terdapat beberapa orang yang merasa terganggu "secara pribadi atau mungkin psikis" dengan konten media sosial saya, kemudian akun saya di blok begitu saja. Saya tidak begitu paham sebab orang tersebut mengeblok media sosial saya karena pada kenyataannya kami memiliki hubungan yang baik di kehidupan nyata

Corat-coret Awal 2017

"Mengherankan, bahwa dalam semua terbitan itu tak pernah kudapati percekcokan tentang agama. Percekcokan pokok adalah tentang makna Tanah Air dan penghidupan. Yang satu mengukuhi kemuliaan tanah air. Tanah airlah yang menyebabkan adanya bangsa untuk memiliki, memelihara, membangun dan mempertahankannya. Yang lain bilang persetan dengan Tanah air. Sekalipun kutub dingin, bila dia memberikan penghidupan, dialah Tanah air. Tanah air adalah semesta." (Pram dalam Rumah Kaca) Salam, saya mencoba menulis kegelisahan saya melalui kalimat yang mungkin tidak begitu baik. Tapi saya tetap berusaha menuangkannya semampu yang saya bisa dengan konsisten membawakan tulisan ini tetap berpacu pada sudut pandang orang pertama. Sebelumnya, saya juga akan menyatakan bahwa saya termasuk orang yang awam dan tidak begitu paham terkait filosofi suatu bangsa. Jadi, mungkin tulisan ini terkesan "agak murahan" dibanding dengan opini-opini lain. Indonesia adalah milik saya, kamu dan mereka